SANG SANG IBUU.
Oleh : M. AKHIF KHOIRUDDIN
Tak kalaa akuu menyarungkan pedang, dan
bersimpuh diatas dipangkuannya
Tertumpah rasa kerinduanku pada sang ibu,
tangannyaa yg halus mulus membelai kepalaku
Bergetarlah seluruh jiwa dan ragaku,
musnahlah seluruh api semangat juangku, namunnn sang ibu berkata : anakku sayang
apa bila kakimu sudah melangkah ditengah padang, tancapkanlah kakimu dalam –
dalam, dan tetaplah terus bergumam, sebab gumam adalah mantra dari dewa – dewa,
gumam mengandung ribuan makna, aaaapabila gumam sudah menyatu dalam jiwa raga,
maakaa gumam akan berubah menjadi teriakan - teriakan yg nantinya akan berubah
menjadi gelombang salju yg besar, yg nantinya akan mampu merobohkan istana yg
penuh kepalsuan, gedung – gedung yg dihuni kaum munafiq.
Tatanan negeri ini sudah hancur anakkuu, hancurkan
sang penguasa negri ini, mereka hanya bsa besolek didepan kaca, tp membiarkan
punggungnya penuh noda, dan penuh lendir hitam yg baunya kemana - mana, mereka
selalu menyemprot kemaluannya dg parfum luar negeri, diluar berbau wangi didalam
penuh dengan bakteri, dan hebatnya sang penguasa negri ini pandi bermain
acrobatik, tubuhnya mampu berlipat lipat, dan akhirnya pantat dan kemaluannya
sendiri mampu dijilat - jilat.
Anakku apabila pedang sudah kau cabut, jangan
lah surut, janganlah bicara soal menang dan kalah, sebab menang dan kalah
hanylah mimpi2, mimpi2 muncul dari sebuah keinginan, keinginan hanyalah sebuah
kayalah yg hanya melahirkan harta dan kekuasaan, harta dan kekuasaan hanyalah
balon2 sabun yg terbang diudara.
Anakku asahlah pedang, ajaklah mereka
bertarung ditengah padang laaluu tusukan pedangmu ditengah2 selakangan mereka,
biarkan darah bertumpah dinegeri ini, satukan gumammu MENJADI REEVOOLUUSI.
MERDEKKAAAA !!!!